Pada 1997, International Laboratory Accreditation Cooperation
(ILAC) didirikan sebagai organisasi kerj asama Internasional antara berbagai badan
akreditasi laboratorium yang ada di seluruh dunia. Tujuan utama Organisasi
tersebut adalah menciptakan perstujuan
saling pengakuan atau a Multilateral Recognition Aggreement antara Negara
angggota ILAC. Dengan adanya saling pengakuan tersebut, maka akan meningkatkan
kemungkinan atau memfasilitasi diterimanya suatu data hasil pengujian secara
international, serta mengeliminasi hambatan teknis perdagangan. Sebagai
bagian negera – Negara yang sedang
menegmbangkan system akreditasi
laboratorium. Selain itu, ILAC juga menyediakan forum internasional yang
membahas tentang pengembangan system akreditasi dan prosedurnya, peningkatan
peran laboratorium yang telah diakreditasi sebagai alat fasilitas perdagangan,
serta pengakuan kompetensi aboratorium di seluruh dunia.
Tahun 1978, Task Force C dari ILAC mengembangkan suatu persyaratan teknis untuk laboratorium
pengujian sebagai kriteria teknis akreditasi
laboratorium. Peryaratan tersebut disiapkan untuk diajukan ke
International Organization for Standarization (ISO) sehingga dapat diterima
secara internasional. Sebagaii gantinya, pada 1978 persyaratan tersebut
diterbitkan sebagai ISo Guide 25:1978. Sebagai system akreditasi laboratorium
yang berlaku di seluruh dunia, ISO Guide 25:1978 merupakan edisi pertama yang
diimplementasikan . Namun dalam penerapannya, ISO Guide 25;1978 diatas kurang
sempurna sehingga dibutuhkan persyaratan yang lebih jelas dan tegas. Karena
itu, ILAC kembali mengadakan pertemuan pada 1980. Hasil pertemuan tersebut
mendesak ISo, khususnya ISO Commite on Certification (ISO/CERTICO), untuk
melakukan revisi. Komisi ersebut menghasilkan dokumen yang disetujui oleh dua
organisasi internasional. Yaitu International Electrotechnical Commison (IEC)
dan ISO pada 1982. Dokumen terebut
kemudian diterbitkan oleh kedua organisasi sebagai ISO/IEC Guide 25:1982. Sejak
ISO /IEC Guide 25:1982 diterbitkan, penggunaan system mutu laboratorium
berkembang pesat. Hal ini disebabkan karena banyak Negara menggunakan ISO/IECGuide 25:1982 sebagai dasar untuk membentuk system mutu laboratorium. Selain
itu, ISO/IEC Gide 25:1982 digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui kemampuan
laboraatorium baik oleh bada akreditasi laboratorium maupun pelanggan.
Bersamaan dengan semakin banyaknya penerapan ISO/IEC Guide25;1982 terjadi perubahan dunia menuju diberlakukannya pendekatan system mutu
di pabrik, industry, maupun jasa pelayanan. Situasi tersebut mendorong perlunya
penyusunan pedoman standar baru yang disempurnakan dlaam bidang jaminan mutu.
Perkembangan system manajemen mutu pada industry dan di laboratorium dalam
waktu yang relative bersamaan tersebut mendorong terbentuknya STandar Sistem
Manajemen Laboratorium. Pada 1988 ILAC mengadakan pertemuan dan meminta ISO
untuk merevsi ISO/IEC Guide 25:1982 lebih lanjut dengan memeprtimbangkan
keadaan yang berkembang. Sebagai hasilnya, IEC menyetujui revisi tersebut pada
Oktober 1990, kemudian disusul oleh ISO
pada Desember 1990. Edisi ketiga ini diterbitkan sebagai ISO/IEC Guide 25;1990
tentang General Requirement for the Competence of Testing and Calibration
Laboratories.
ISO /IEC Guide 25:1990 lebih difokuskan pada kegiatan
Laboratorium dengan memperhatikan persyaratan kemampuan laboratorium yang
tercantum dalam OECD tentang GLP serta
ISO seri 9000;1987tentang system Manajemen mutu, namun tetap mempertahankan
spesifikasi kriteria teknis yang ada pada ISO Guide 25;1987. Dalam pedoman
ISO/IEC Guide 25;1990 dinaytakan bahwa laboratorium yang memenuhi persyaratan
pedoman tersebut juga memenuhi prinsip – prinsip standar ISO seri 9000:1987
jika laboratorium tersebut meghasilkan data pengujian dan/atau kalibrasi.
Ketentuan tersebut juga berlaku pada laboratorium peneltian dan pengembangan
dengan menambahkan elemen system manajemen mutu yang disyaratkan seperti pada
ISo 9001;1987.
Ditinjau dari beberapa hal, ISO/IEC Guide 25 itu:
1.
Bukan
hanya suatu pedoman dalam terminology standar, namun merupakan standar system
manajemen mutu
2.
Sebagai
dasar penyusuna system manajemen mutu yang terdokumentasi dalam panduan mutu
serta dapat digunakan untuk keperluan kaji ulang manajemen secara berkala dan
audit system mutuu, dan
3.
Dalam
keadaaan tertentu, misalnya kebutuhan pelanggan atau persyaratan badan
akreditasi, maka system manajemen mutu laboratorium dapat diungkapkan secar
akhusus dalam kaitannya dengan ISO 9001. Dalam hal ini, ISO/IEC Guide 25 akan
bermanfaat sebagai dasar penilaian yang
efektif.
Setahun kemudian, yaitu pada 1991,
untuk pertama kalinya , Dewan Standariasi Nasional (DSN) megadopsi ISO/IECGuide 25;1990 menjadi pedoan DSN 01-1991 tentang persyaratan Umum Kemampuan
Laboratorium Kalibrasi dan laboratorium Penguji. Sehubungan dengan perubahan
DSN menjadi BSN atau badan Standarisasi Nasional, maka Pedoman DSN 01-1991 juga
mengalami revisi penomoran menjadi pedoman BSM 101 tanpa mengubah isinya.
Pedoan tersebut digunakan sebagai dasar akreditasi laboratorium pengujian dan
kalibrasi di Indonesia.
Sumber:
Buku Persyaratan Umum kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi ISO/IEC 17025:2017, Anwar Hadi
ConversionConversion EmoticonEmoticon